Entah berlebihan atau tidak, tapi apa yang saya rasakan adalah nyata bahwa saya menemukan bentuk kecil dari Nusantara di kota Jogja. Keberagaman yang mengagumkan menjadi hal yang seharusnya kita syukuri bersama. Saya bangga lahir sebagai orang Indonesia.. saya bangga Indonesia punya daerah Istimewah yang bernama Yogyakarta. Aku ingin Jogja ...
***
Dalam hati saya sering bertanya,
apa yang membawa saya 'menemukan' Jogja? hal besar apa yang telah mengantarkan saya tinggal di kota ini?
Saat masih berstatus 'pelajar ingusan' di tingkat SMP, saya pernah menyatakan ke teman dekat saya bahwa jika kuliah nanti, saya ingin kuliah di Jogja. Teman saya sontak menanggapi pernyataan itu, dia mengatakan bahwa masih terlalu jauh untuk berpikir mengenai target kuliah. Memang wajar, SMA bahkan SMP saja belum lulus lantas sudah berencana ingin kuliah di mana. Namun itulah cita-cita, berpikir lebih jauh, menggantungkannya lebih tinggi dan lebih tinggi lagi hingga menembus langit ke tujuh. Seperti kata sang Proklamator,
Tercapai! apa yang saya mimpikan sejak SMP terwujud ketika menjelang masa-masa akhir mengenakan seragam 'putih abu-abu' saya dinyatakan diterima di Universitas Sanata Dharma melalui jalur prestasi (bebas tes). Support dari orang tua semakin membulatkan tekad saya walau sepertinya bukan hal yang mudah bagi setiap orang tua untuk berpisah jauh dengan anak nya, begitu pula sebaliknya.
Saya berasal dari Toraja, daerah pegunungan di Sulawesi Selatan yang juga kaya akan budaya dan kenyamanan alamnya. Tak sedikit orang yang saya temui di kota ini ketika tahu saya berasal dari Toraja akan bertanya, "kamu kok milih kuliah di Jogja?"... "kenapa gak kuliah di Makassar saja?". Wajar! pertanyaan yang wajar melihat jarak Jogja-Toraja yang jauh.. bukan hanya sekali perjalanan, namun butuh 2 hingga 3 kali perjalanan untuk bisa mengantarkan saya pulang ke Toraja maupun sebaliknya. Penerbangan ke Makassar tanpa transit butuh waktu sekitar 2 jam, dan jika harus transit di Surabaya atau Jakarta, saya harus merelakan sedikit usia saya habis di udara. Setelah itu barulah saya melanjutkan perjalanan dari Makassar ke Toraja yang membutuhkan waktu perjalanan darat sekitar 8 jam.
Satu hal yang sudah tertanam dalam benak saya saat masih SMP, 'Jogja menawarkan kenyamanan' dan sepertinya hal ini lah yang menjadi gerbang awal dari langkah kaki saya untuk meninggalkan Toraja guna menimbah ilmu di kota pelajar ini. Kota berbudaya dan istimewah! Aku ingin Jogja tetap berhati nyaman! tetap istimewah!
***
Jogja diisi oleh orang-orang yang beragam, berasal dari penjuru Indonesia, budaya yang berwarna, agama yang berbeda, warna kulit yang tidak sama dan banyak perbedaan-perbedaan lainnya.. dan ini lah yang saya sebut sebagai bentuk kecil dari Nusantara. Saya bisa bergaul dengan orang Papua tanpa harus terbang jauh ke Papua, bersahabat dengan orang Medan tanpa rasa takut.., menyaksikan pertunjukan budaya Tionghoa, budaya Dayak hingga budaya dari daerah asal sendiri, buka bersama dengan teman-teman Muslim dan ragam hal lain yang tidak cukup kata untuk menjabarkannya... semua ini adalah bentuk dari paket 'kehidupan Nusantara' yang bisa saya rasakan di satu daerah, yaitu Yogyakarta sebagai daerah istimewah.
Saya dan kalian yang sebagai pendatang di kota ini adalah tamu. Sebagai tamu, tuan rumah telah
memberikan hati yang nyaman. Yah, Jogja berhati nyaman. Hal yang sejatinya membutuhkan kebijaksanaan untuk menyikapi keramahan dan kenyamanan yang ditawarkan kota Jogja. Tamu bukanlah raja yang berhak berbuat apa saja. Jangan menggunakan seperampat saja dari logika berpikir kita bahwa 'pembeli adalah raja'. Sebagai pelajar/mahasiswa, kita datang ke kota ini guna 'membeli ilmu' bahkan tak sedikit yang bisa kita terima dengan gratis. Bukan tentang ilmu formal semata dalam rangka menambah gelar di belakang nama, namun ada ilmu yang lebih besar, ilmu-ilmu tentang kehidupan yang dapat menjadikan kita manusia dengan hakikat yang sebenarnya. Membentuk dan mengembangkan karakter tanpa harus membunuh karakter orang lain.
Dari kota ini, mari kita coba mengembangkan wawasan Nusantara. Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan bentuk geografinya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 [2]. Dalam pelaksanannya, wawasan nusantara mengutamakan kesatuan wilayah dan menghargai kebhinekaan untuk mencapai tujuan nasional [2]. Dengan 'paket kehidupan Nusantara' yang bisa kita rasakan di Jogja sewajarnya kita bisa bergandeng dan melangkah bersama menjaga kedaulatan Negara Republik Indonesia. Berbagi kenyamanan untuk 'Nusantara'.
Saya datang ke kota ini didasari pemikiran saya bahwa Jogja menawarkan kenyamanan. Saya rasa banyak yang sama dengan saya, memutuskan kuliah di Jogja tidak hanya karena cap Jogja sebagai kota pelajar, namun karena adanya rasa nyaman. Dari hal tersebut saya ingin mengajak teman-teman semua untuk tetap menjaga keistimewahan Yogyakarta.
Walaupun sebagai tamu, sebaiknya kita memupuk rasa memiliki terhadap daerah istimewah ini. Kita adalah bagian dari kota ini. Sekali lagi, jangan menggunakan seperempat saja dari logika untuk menyatakan bahwa 'pemilik berhak melakukan apa saja pada hal yang dimilikinya'. Jogja milik semua, milik Nusantara. Mari kita memberikan rasa nyaman bagi sesama pendatang antara tamu dan tuan rumah, antara tamu dan tamu, serta juga antara sesama tuan rumah hingga tercipta 'Nusantara kecil' yang semakin nyaman.
Dari 'Nusantara kecil' kita bisa menjadi teladan bagi daerah-daerah lain, bahwa sejatinya, bangsa Indonesia adalah bangsa yang ragam perbedaan, dan perbedaan itu lah yang menjadikan bangsa ini kaya.
Sebagian pandangan kita tentang karakter orang lain tercipta dari jarak jauh, lahir dari apa yang kita lihat di media dan dari apa yang kita dengar dari orang lain. Mari membuka lebar sayap pergaulan. Jangan persempit lingkungan bergaul, atau pola pikir kita akan semakin menyusut. 'Paket kehidupan nusantara' di Yogyakarta bisa kita gunakan untuk mengenal lebih dekat karakter 'Nusantara'. Mengenal dan belajar hal positif dari pribadi-pribadi orang Jawa, orang Sumatera, orang Kalimantan, orang Sulawesi, orang Papua, orang Maluku, orang Bali dan dari meraka yang berasal dari pulau lain dalam NKRI.
Satu pengalaman berharga bagi saya,
saya jauh dari keluarga di Toraja, tapi Tuhan adil! di kota yang Istimewah ini Tuhan menghadirkan keluarga baru bagi saya..
............... berlanjut..................
*maaf mas, mbak.. artikel ini belum selesai.. :D
dilanjut lagi setelah ujian skripsi.. :v
harap maklum..
tolong sambi dikoreksi yah kalau ada salah..
terima kasih..
Referensi :
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Nusantara
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Wawasan_Nusantara
***
Dalam hati saya sering bertanya,
apa yang membawa saya 'menemukan' Jogja? hal besar apa yang telah mengantarkan saya tinggal di kota ini?
Saat masih berstatus 'pelajar ingusan' di tingkat SMP, saya pernah menyatakan ke teman dekat saya bahwa jika kuliah nanti, saya ingin kuliah di Jogja. Teman saya sontak menanggapi pernyataan itu, dia mengatakan bahwa masih terlalu jauh untuk berpikir mengenai target kuliah. Memang wajar, SMA bahkan SMP saja belum lulus lantas sudah berencana ingin kuliah di mana. Namun itulah cita-cita, berpikir lebih jauh, menggantungkannya lebih tinggi dan lebih tinggi lagi hingga menembus langit ke tujuh. Seperti kata sang Proklamator,
Gantungkan cita-cita mu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit… Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang. - Soekarno
Tercapai! apa yang saya mimpikan sejak SMP terwujud ketika menjelang masa-masa akhir mengenakan seragam 'putih abu-abu' saya dinyatakan diterima di Universitas Sanata Dharma melalui jalur prestasi (bebas tes). Support dari orang tua semakin membulatkan tekad saya walau sepertinya bukan hal yang mudah bagi setiap orang tua untuk berpisah jauh dengan anak nya, begitu pula sebaliknya.
Saya berasal dari Toraja, daerah pegunungan di Sulawesi Selatan yang juga kaya akan budaya dan kenyamanan alamnya. Tak sedikit orang yang saya temui di kota ini ketika tahu saya berasal dari Toraja akan bertanya, "kamu kok milih kuliah di Jogja?"... "kenapa gak kuliah di Makassar saja?". Wajar! pertanyaan yang wajar melihat jarak Jogja-Toraja yang jauh.. bukan hanya sekali perjalanan, namun butuh 2 hingga 3 kali perjalanan untuk bisa mengantarkan saya pulang ke Toraja maupun sebaliknya. Penerbangan ke Makassar tanpa transit butuh waktu sekitar 2 jam, dan jika harus transit di Surabaya atau Jakarta, saya harus merelakan sedikit usia saya habis di udara. Setelah itu barulah saya melanjutkan perjalanan dari Makassar ke Toraja yang membutuhkan waktu perjalanan darat sekitar 8 jam.
Satu hal yang sudah tertanam dalam benak saya saat masih SMP, 'Jogja menawarkan kenyamanan' dan sepertinya hal ini lah yang menjadi gerbang awal dari langkah kaki saya untuk meninggalkan Toraja guna menimbah ilmu di kota pelajar ini. Kota berbudaya dan istimewah! Aku ingin Jogja tetap berhati nyaman! tetap istimewah!
***
Jogja diisi oleh orang-orang yang beragam, berasal dari penjuru Indonesia, budaya yang berwarna, agama yang berbeda, warna kulit yang tidak sama dan banyak perbedaan-perbedaan lainnya.. dan ini lah yang saya sebut sebagai bentuk kecil dari Nusantara. Saya bisa bergaul dengan orang Papua tanpa harus terbang jauh ke Papua, bersahabat dengan orang Medan tanpa rasa takut.., menyaksikan pertunjukan budaya Tionghoa, budaya Dayak hingga budaya dari daerah asal sendiri, buka bersama dengan teman-teman Muslim dan ragam hal lain yang tidak cukup kata untuk menjabarkannya... semua ini adalah bentuk dari paket 'kehidupan Nusantara' yang bisa saya rasakan di satu daerah, yaitu Yogyakarta sebagai daerah istimewah.
Saya dan kalian yang sebagai pendatang di kota ini adalah tamu. Sebagai tamu, tuan rumah telah
memberikan hati yang nyaman. Yah, Jogja berhati nyaman. Hal yang sejatinya membutuhkan kebijaksanaan untuk menyikapi keramahan dan kenyamanan yang ditawarkan kota Jogja. Tamu bukanlah raja yang berhak berbuat apa saja. Jangan menggunakan seperampat saja dari logika berpikir kita bahwa 'pembeli adalah raja'. Sebagai pelajar/mahasiswa, kita datang ke kota ini guna 'membeli ilmu' bahkan tak sedikit yang bisa kita terima dengan gratis. Bukan tentang ilmu formal semata dalam rangka menambah gelar di belakang nama, namun ada ilmu yang lebih besar, ilmu-ilmu tentang kehidupan yang dapat menjadikan kita manusia dengan hakikat yang sebenarnya. Membentuk dan mengembangkan karakter tanpa harus membunuh karakter orang lain.
Nusantara merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan wilayah kepulauan yang membentang dari Sumatera sampai Papua. Kata ini tercatat pertama kali dalam literatur berbahasa Jawa Pertengahan (abad ke-12 hingga ke-16) untuk menggambarkan konsep kenegaraan yang dianut Majapahit. Setelah sempat terlupakan, pada awal abad ke-20 istilah ini dihidupkan kembali oleh Ki Hajar Dewantara [1].
Dari kota ini, mari kita coba mengembangkan wawasan Nusantara. Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan bentuk geografinya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 [2]. Dalam pelaksanannya, wawasan nusantara mengutamakan kesatuan wilayah dan menghargai kebhinekaan untuk mencapai tujuan nasional [2]. Dengan 'paket kehidupan Nusantara' yang bisa kita rasakan di Jogja sewajarnya kita bisa bergandeng dan melangkah bersama menjaga kedaulatan Negara Republik Indonesia. Berbagi kenyamanan untuk 'Nusantara'.
Saya datang ke kota ini didasari pemikiran saya bahwa Jogja menawarkan kenyamanan. Saya rasa banyak yang sama dengan saya, memutuskan kuliah di Jogja tidak hanya karena cap Jogja sebagai kota pelajar, namun karena adanya rasa nyaman. Dari hal tersebut saya ingin mengajak teman-teman semua untuk tetap menjaga keistimewahan Yogyakarta.
Walaupun sebagai tamu, sebaiknya kita memupuk rasa memiliki terhadap daerah istimewah ini. Kita adalah bagian dari kota ini. Sekali lagi, jangan menggunakan seperempat saja dari logika untuk menyatakan bahwa 'pemilik berhak melakukan apa saja pada hal yang dimilikinya'. Jogja milik semua, milik Nusantara. Mari kita memberikan rasa nyaman bagi sesama pendatang antara tamu dan tuan rumah, antara tamu dan tamu, serta juga antara sesama tuan rumah hingga tercipta 'Nusantara kecil' yang semakin nyaman.
Dari 'Nusantara kecil' kita bisa menjadi teladan bagi daerah-daerah lain, bahwa sejatinya, bangsa Indonesia adalah bangsa yang ragam perbedaan, dan perbedaan itu lah yang menjadikan bangsa ini kaya.
Sebagian pandangan kita tentang karakter orang lain tercipta dari jarak jauh, lahir dari apa yang kita lihat di media dan dari apa yang kita dengar dari orang lain. Mari membuka lebar sayap pergaulan. Jangan persempit lingkungan bergaul, atau pola pikir kita akan semakin menyusut. 'Paket kehidupan nusantara' di Yogyakarta bisa kita gunakan untuk mengenal lebih dekat karakter 'Nusantara'. Mengenal dan belajar hal positif dari pribadi-pribadi orang Jawa, orang Sumatera, orang Kalimantan, orang Sulawesi, orang Papua, orang Maluku, orang Bali dan dari meraka yang berasal dari pulau lain dalam NKRI.
Pergilah gundah
Jauhkan resah
Lihat segalanya lebih dekat
Dan 'kubisa menilai lebih bijaksana
Mengapa bintang bersinar
Mengapa air mengalir
Mengapa dunia berputar
Lihat segalanya lebih dekat
Dan 'kau akan mengerti
- Lirik lagu Lihatlah Lebih Dekat (dipopulerkan oleh Sherina)
Satu pengalaman berharga bagi saya,
saya jauh dari keluarga di Toraja, tapi Tuhan adil! di kota yang Istimewah ini Tuhan menghadirkan keluarga baru bagi saya..
............... berlanjut..................
*maaf mas, mbak.. artikel ini belum selesai.. :D
dilanjut lagi setelah ujian skripsi.. :v
harap maklum..
tolong sambi dikoreksi yah kalau ada salah..
terima kasih..
Referensi :
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Nusantara
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Wawasan_Nusantara
bagus mas , artikel yang anda tulis..
BalasHapusaku ingin jogja berhati nyaman, kalau punya saya aku ingin jogja menjadi kota blogger dan kota freelance..
semoga bisa menang mas..
keyen artikelnya...
sebelumnya salam kenal
Jogja memang penuh dengan keindahan dan kenikmatan yang begitu luar biasa..
BalasHapusGo Jogja :)
nice. :)
BalasHapus