Jogja, dini hari di penghujung tahun 2015. Hingga pagi datang lagi, rasanya mata ini belum lelah.
Ku rebahkan badan di atas kasur, pintu sedikit terbuka. Di luar kamar masih terang. Aku memandang sebuah gitar, namun bukan tentang benda tua itu yang aku pikirkan.
Aku teringat nasihat dari seorang profesor yang sudah sejahtera di Amerika namun memilih untuk pulang dan berkarya di Indonesia.
Yah, aku paham! ini tentang mimpi besar yang lama membuatku (hanya) "tertidur" dalam gelisah.
Ada banyak hal yang seharusnya sudah dimulai mamun aku masih mengambil kuda-kuda di belakang garis start. Dan rasanya sudah lama "nyaman" di posisi ini... Aku tak ingin hanya menjadi penonton...
Aku ingin berkarya! Aku akan pulang!
Lalu kapan?
Bukan hal mudah! Karena siapa yang harus aku percaya dan siapa yang bisa percaya padaku masih menjadi gejolak.. bahkan untuk bercerita tentang ini.
Ohy, terima kasih gitar tua!
Walau maaf, sebenarnya aku tak tahu mengapa harus berterima kasih.. Semoga bahagia! :)
Ku rebahkan badan di atas kasur, pintu sedikit terbuka. Di luar kamar masih terang. Aku memandang sebuah gitar, namun bukan tentang benda tua itu yang aku pikirkan.
Aku teringat nasihat dari seorang profesor yang sudah sejahtera di Amerika namun memilih untuk pulang dan berkarya di Indonesia.
"Kalau kamu gak pulang, nanti orang lain yang mulai", katanya yang kemudian lanjut menceritakan tentang kisah nya sendiri..
Yah, aku paham! ini tentang mimpi besar yang lama membuatku (hanya) "tertidur" dalam gelisah.
Ada banyak hal yang seharusnya sudah dimulai mamun aku masih mengambil kuda-kuda di belakang garis start. Dan rasanya sudah lama "nyaman" di posisi ini... Aku tak ingin hanya menjadi penonton...
Aku ingin berkarya! Aku akan pulang!
Lalu kapan?
Bukan hal mudah! Karena siapa yang harus aku percaya dan siapa yang bisa percaya padaku masih menjadi gejolak.. bahkan untuk bercerita tentang ini.
Ohy, terima kasih gitar tua!
Walau maaf, sebenarnya aku tak tahu mengapa harus berterima kasih.. Semoga bahagia! :)
0 comments:
Posting Komentar